Sabtu, 14 Juni 2014

Pengamatan Burung di Muara Kali Progo (lanjutan Trisik)


Setelah melaksanakan sholat ashar berjama’ah di sebuah masjid, kami melanjutkan perjalanan ke Muara Kali Progo, lokasinya tidak jauh dari pantai Trisik. Dalam perjalanan menuju muara sekitar pukul 16.18 saya sempat melihat seekor burung yang sedang berjalan di sawah dengan ciri-ciri kaki panjang dengan ekor yang sangat pendek dengan tungging kuning serta ukuran lebih besar daripada kutilang badan gemuk tidak panjang. Setelah saya tanyakan kepada Mas Kir menurutnya itu merupakan salah satu burung air yaitu Kario Padi.
Jalan yang kami lalui ternyata tidak seperti sebelumnya. Sepeda motor harus melewati tanah yang becek dan bergelombang dan Prase sempat kesusahan dalam mengendalikan kendali motornya. Akhirnya setelah melalui jalan yang berliku dan rusak kami sampai di muara. Suasanya sepi dan tidak terlalu panas karena cuaca sedang mendung. Suara air yang yang mengalir di muara membuatku sangat nyaman.
Sekitar pukul 16.22 kami melihat barisan burung yang sedang berjajar rapi di seberang sungai tepat kami berdiri. Setelah diamati menggunakan monokuler barisan burung tersebut merupakan cangak abu (Ardea cinera)  dengan jumlah lebih dari 10 ekor. Ciri-cirinya berwarna putih abu-abu, paruh kuning, kaki panjang dengan ukurang yang lumayan besar. Kami juga mengamati cangak yang sedang terbang menuju barisan cangak tersebut.
sumber: www.kutilang.or.id                                                  sumber: blog.ub.ac.id
Kemudian ketika melihat ke arah lebih dekat tepatnya di daratan di tengah muara terlihat seekor burung yang tengah diam yaitu cerek jawa (Charadius javanicus) dengan ciri di leher terdapat warna putih melingkar kemudian di bawah leher berwarna coklat, sayap coklat, perut putih, ekor juga coklat.
sumber: www.fobi.web.id
Selain cerek jawa, ternyata juga terlihat dara laut sayap putih (Chlidonias leucopterus) fase breeding berdiam diri yang seukuran merpati, sayap putih makin keujung makin gelap, kepala hitam, ekor hitam.
sumber: www.kutilang.or.id
Karena hari mulai petang dan mendung bahkan sempat gerimis, kami memutuskan untuk kembali pulang. Sebelum pulang kami makan mie ayam terlebih dahulu.








Sabtu, 07 Juni 2014

Pengamatan Burung di Pantai Trisik (Keberuntungan Menghampiriku)

               Minggu, 27 April 2014 merupakan kali pertama aku ikut pengamatan burung dengan tidak semua anggota kpb bionic ikut karena hanya 5 orang saja, yakni saya (Puput), Aghnan, Christianti, Prase, dan dipandu oleh Mas Kir. Ini juga kali pertama aku melakukan pengamatan burung pantai.
             Aku sangat berterima kasih kepada Chris karena telah mengajakku ikut dalam pengamatan kali ini walaupun pada saat itu aku tergesa-gesa karena baru saja bangun tidur. Kerenanya aku memiliki kesempatan untuk melakukan pengamatan di Trisik, yang katanya Mas Shaim/Kukuh (lupa) hampir semua burung pantai Jawa dan Bali dapat ditemui di pantai ini.
           Kami berangkat sekitar pukul 12.30 dan sampai sekitar pukul 14.00 dengan cuaca yang cukup panas. Perjalanan kami tempuh dengan sepeda motor, Chris dengan Mas Kir dan Aku dengan Prase. Ternyata di tengah perjalanan Aghnan menyusul dari Bantul.
               Dan akhirnya setelah satu setengah jam di atas sepeda motor kami sampai di Trisik, Bantul dengan disambut panasnya matahari. Pantai Trisik yang kami kunjungi bukanlah pantai untuk berwisata, karena disini sepi tak ada orang hanya disampingnya terdapat seperti tambak udang dan pohon cemara (kalo gak salah) sehingga memungkinkan burung untuk berada di sini.

             Langsung ke pointnya, yaitu pengamatan burung. Dalam perjalanan menuju pantai Trisik sekitar pukul 13.55 kami melihat beberapa burung di tengah hamparan sawah. Kami berhenti dan mulai mengamati menggunakan monokuler dan setelah diidentifikasi itu merupakan 2 ekor Bondol oto hitam (Lonthura ferruginosa) di tengah-tengah tanaman padi yang mulai menguning dengan ciri-ciri yang teramati kepala putih, leher dan tunggir hitam, sayap, perut, dan ekor  coklat serta paruh berwarna abu-abu.

             Kami melanjutkan perjalanan ke pantai di Trisik. Sampai di pantai Trisik kami disambut cuaca panas khas pantai yang sangat menyengat seakan membakar tubuh kami. Kamipun mulai pengamatan. Mulanya kami mulai pengamatan di sebelah timur (kalo gak salah) tapi tak mendapatkan apapun. Kemudian kami berpindah tempat ke sebelah yang lain. Di sinilah kami menemukan berbagai jenis burung. Sekitar pukul 14.22 kami menemukan 3 ekor burung Cabak Kota (Caprimulgus affinis) yang sedang beterbangan di sekitar pohon cemara dan pasir yang ditumbuhi tanaman berduri. Warnanya coklat belang putih. Ketika terbang terlihat bagian sayapnya terdapat warna putih.

               Sekitar pukul 14.30 Aghnan melihat 2 ekor burung yang sedang terbang di atas kita. Menurut Mas Kir itu merupakan jenis Cikalang namun kami belum berani memutuskan itu cikalang apa. Beberapa saat kemudian Mas Wahab datang dan setelah ditanyakan cikalang yang kami temui tadi merupakan jenis Cikalang Chrismas (Fregata andrewsi) betina dan Cikalang Kecil (Fregata ariel)  fase juvenil dengan ciri-ciri ukurang cukup besar ekor panjang yang menggunting, sayap hitam, dan badan berwarna putih. Pada cikalang kecil warna putih pada perut penuh dan lebih banyak daripada cikalang chrismas. Menurut Mas Kir dan mas Wahab kami beruntung bisa mendapatkan cikalang pada musim seperti ini karena biasanya cikalang hanya bisa ditemui pada musim migrasi dan itupun sulit.
               Pukul 14.33 kami melihat seekor cabak kota (Caprimulgus affinis) lagi yang sedang berdiam diri di pasir dekat pohon cemara (kalo gak salah sih). Apabila dilihat dari monokuler cabak tersebut wajahnya terlihat seperti kodok dengan mata mengantuk (habis begadang kali ya) dengan warna tubuh khasnya coklat putih dan ukurang lebih besar dari kutilang. Setelah itu kami menemukan banyak cabak kota yang sedang beterbangan di antara tanaman berduri sekitar pasir tersebut. Tampaknya itu merupakan tempat cabak kota hidup.
             Pukul 14.43 kami menemukan seekor apung tanah (Anthus novaeseelandiae) yang sedang hinggap di sebuah pohon mati dengan ciri-ciri kaki panjang, paruh bagian atas coklat, bawah kuning, warna sayap coklat belang kehitaman dengan ukuran lebih besar dari burung gereja.

          Pengamatan di Pantai Trisik kami akhiri sampai di sini. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan di Muara Kali Progo yang lokasinya tak jauh dari Pantai Trisik.

Minggu, 04 Mei 2014

cerita ramaksud (iseng-iseng ae)


BINOKU HILANG

Alkisah di sebuah pantai, eh bukan pantai ding tebing tepatnya (baca Pantai Ngongap) di Gunung Kidul tiga orang sahabat sedang melakukan mersi (mersani peksi) semacam pengamatan burung gitu. Konon katanya di sini banyak ditemukan spesies burung tusuk sate, eh salah buntut sate. Tentunya mereka gak cuma bertiga, tapi masih ada 7 orang lainnya yang ikut.

Mereka adalah Sieneng yang cerewet, Sikeris yang flat, dan Sippt yang lowprofile (wkwk).Kebetulan saat itu Sieneng mendapat kado dari pacarnya sebuah binokuler (untuk seorang bionicers itu adalah kewajiban). Karena senangnya dia selalu foto dan memamerkan binonya tersebut. Setiap orang dalam rombongan mersi tersebut dia pameri, termasuk kedua sahabatnya.

Sayangnya Sippt juga sudah punya, jadi biasa aja. Tapi berhubung Sikeris belum punya dia jadi ngiri sama Sieneng. Alhasil niat jahatpun menghampirinya.

Dengan niat liciknya tersebut, sikeris mulai menjalankan aksi jahatnya. Dia mencuri bino Sieneng.
Sieneng sedihnya minta ampun mengetahui bino barunya hilang. Dia menangis hingga air laut ikut meluap-luap (gelombang tinggi). Diapun sms pacarnya.

Rombongan mersi mencari bino tersebut disekitar tebing (baca pantai), tapi tak menemukan batang hidungnya (bino maksudnya)

Sementara itu sikeris sangat senang karena bisa punya bino.

Karena binonya gak ketemu-temu, Sieneng frustasi. Dan ketika di tepi tebing, dia berfikir untuk bunuh diri. Situasi semakin mendukung dengan adanya setan disebelahnya yang mendukungnya untuk nyebur ke laut. 

Akhirnya Sieneng nyebur kelaut.
Semua rombongan mersi mencarinya. Ternyata Mas Panji sempat mengetahui kalau Sieneng  di tepi tebing dan menceburkan diri ke laut.

Semua rombongan mersi terus mencarinya kali-kali aja dia temangsang dibatu-batu. Tapi tidak ditemukan batang hidungnya....

Ternyata Sieneng telah diambil sama penunggu tebing tersebut....


Cerita ini cuma iseng-iseng aja, so jangan masukin hati ya temen-temen. 
"Gak lucu", emang gak lucu ceritanya, hihi...
Inti dari cerita ini tu jadi orang jangan suka menyombongkan dengan apa yang kita punya. Semua yang kita punya sekarang ini cuma titipan dari Allah yang harus dijaga. Juga jangan jadi orang yang dengki atas kelebihan orang lain, gak baik endingnya....
Jalani hidupmu seperti apa kamu, jangan sombong jangan dengki. Syukuri dan nikmati saja apa yang kamu punya. salam buntut sate....
terimakasih.....

Best Practice

Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)  Sebelum membaca best pra...