Berapa pH darah
dalam tubuh?
pH darah dalam
tubuh makhluk hidup selalu berkisar 7,4. Hal ini karena semua cairan tubuh
merupakan larutan penyangga yang menjaga agar pH darah selalu konstan saat
proses metabolisme berlangsung.
Hemoglobin atau
Hb merupakan zat warna darah atau pigmen darah. Haemoglobin dapat menjaga pH
darah tetap terkontrol. Prosesnya dimulai saat oksigen masuk ke dalam tubuh.
Oksigen dibutuhkan oleh manusia untuk bernapas. Oksigen yang dibutuhkan masuk
ke dalam kapiler darah yang menyelebungi alveolus. Sebagian besar oksigen
tersebut akan diikat oleh haemoglobin dan diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Adanya oksigen yang mengoksidasi darah mengakibatkan warna darah menjadi merah
terang. Sementara itu, darah yang belum teroksidasi oksigen akan berwarna merah
gelap. Reaksi oksidasi darah sebagai berikut.
HHb+ +
O2 ⇄ H+ +
HbO2
Dalam darah
terdapat system penyangga H2CO3 / HCO3-,
sehingga meskipun setiap saat darah kemasukan berbagai zat yang bersifat asam
atau basa, tetapi pengaruhnya terhadap perubahan pH dapat dinetralisir. Jika
darah kemasukan zat yang bersifat asam, maka ion H+ dari asam akan
bereaksi dengan ion HCO3-
H+ +
HCO3- ⇄ H2CO3
Sebaliknya jika
darah kemasukan zat yang bersifat basa, maka ion OH- akan bereaksi dengan H2CO3:
OH- +
H2CO3 ⇄ HCO3- + H2O
Perbandingan
konsentrasi H2CO3 : HCO3- dalam darah sekitar 20 : 1. Hal ini dapat
terjadi karena adanya kesetimbangan antara gas CO2 yang terlarut
dalam darah dengan H2CO3, serta kesetimbangan kelarutan
gas CO2 dari paru-paru dengan CO2 yang terlarut.
CO2 +
H2O ⇄ H2CO3
Maka apabila di
dalam darah banyak H2CO3 terlarut, darah akan segera
melepaskan gas CO2 ke dalam paru-paru. Berikut gambar sistem penyanggah darah.
sistem penyangga darah dalam tubuh
Jika
metabolisme tubuh meningkat (misalnya akibat olahraga atau kekuatan), maka pada
proses metabolisme tersebut banyak dihasilkan zat-zat yang bersifat asam masuk
dalam aliran darah, yang akan bereaksi dengan HCO3- dalam darah yang menghasilkan H2CO3
dalam tubuh. Tingginya kadar H2CO3 akan
mengakibatkan turunnya nilai pH. Untuk menjaga penurunan pH tidak terlalu
besar, maka H2CO3 akan segera terurai menjadi gas CO2
dan H2O. Akibat yang terjadi adalah pernapasan berlangsung lebih
cepat agar darah dapat membuang CO2 ke dalam paru-paru dengan cepat.
Hal yang
sebaliknya akan terjadi jika pada kondisi tertentu darah banyak mengandung basa
(ion OH-). Adanya basa akan diikat oleh H2CO3
yang selanjutnya akan berubah menjadi ion HCO3- . dengan
demikian, diperlukan gas CO2 dari paru-paru yang harus dimasukkan ke
dalam darah untuk menggantikan H2CO3 tersebut. Hal ini
menyebabkan pernapasan juga berlangsung lebih cepat.
Darah
mempunyai kisaran pH 7,0 –
7,8. Di luar nilai tersebut akan berakibat fatal terhadap tubuh. Penyakit
dimana pH darah terlalu rendah disebut asidosis, sedangkan bila pH darah
terlalu tinggi disebut alkalosis.
Asidosis
yaitu penurunan pH darah karena darah terlalu banyak mengandung komponen asam
atau terlalu sedikit mengandung komponen basa. Faktor yang mengakibatkan
asidosis yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit gula (diabetes militus),
diare, olahraga berlebiha, serta mengonsumsi makanan yang mengandung protein
tinggi dalam jangka waktu lama. Sementara itu, alkalosis adalah peningkatan pH
darah karena adanya akumulasi garam basa dalam darah. Faktor yang mengakibatkan
alkalosis diantaranya perasaan cemas, berada di tempat dengan kadar oksigen
rendah, muntah-muntah, atau bernapas secara berlebihan (hiperventilasi) karena
cemas, histeris, atau berada di ketinggian.
Chang, Raymond. 2010. Chemistry Tenth Edition. New York. McGraw-Hill