Mengawetkan Sayur dan Buah
Mengapa sayur yang dibiarkan lama-kelamaan akan layu? Bagaimana cara menyimpan sayur agar lebih awet?
Sayur
dan buah setelah dipanen masih melangsungkan metabolisme. Akibat kegiatan itu,
komposisi maupun mutu sayur dan buah selalu mengalami perubahan. Metabolisme
sayur dan buah sangat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya.
Pengolahan
dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme.
Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
berlangsung setelah panen, sampai buah dan sayuran itu membusuk, dan
pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan semakin
rendahnya suhu. Proses metabolisme sendiri terganggu apabila terjadi perubahan
suhu. Sehingga penyimpanan suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup
jaringan-jaringan dalam bahan pangan karena penurunan aktivitas respirasi dan
aktivitas mikroorganisme. Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih rendah
ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan
pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba,
sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap
suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan
pada bahan pangan yang bersangkutan (M.Amin, 2009).
Metode
ini sering digunakan sebagai alternative pengawetan karena bahan pangan tidak
akan kehilangan nutrisi yang terkandung di dalamnya, selain itu rasa dan
tekstur dari bahan pangan yang diawetkan dengan cara ini. Selain itu sifat
fisik dan sifat kimia dari bahan pangan tidak akan berubah seperti pengawetan
yang dilakukan melalui proses kimia atau fermentasi. Penggunaan suhu rendah
dalam pengawetan makanan tidak dapat menyebabkan kematian mikroba sehingga bila
bahan pangan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali
(thawing) pertumbuhan mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat. Proses
pengolahan dan penyimpanan bisa membuat gizi pada bahan makanan hilang atau
rusak. Karena itu, perlakukan bahan makanan sebaik mungkin, jangan asal
memasukkannya ke lemari pendingin. Cara mengolah makanan berpengaruh terhadap
kualitas nutrisinya. Nilai gizi makanan segar lebih baik ketimbang yang
dibekukan, tetapi gizi makanan beku masih lebih baik dibanding makanan
kalengan. Sayuran yang dibekukan sesaat setelah dipanen berisi lebih banyak
vitamin daripada sayuran segar yang langsung diangkut melintasi wilayah untuk
dipasarkan. Ahli gizi, Judith Wills, penulis buku The Food Bible, menyarankan
untuk menyimpan buah, sayuran, dan salad dalam kondisi dingin dan gelap seperti
dalam lemari es atau pantry. Karena cahaya dan panas akan merusak vitamin B dan
C. Oleh karena itu menyimpan buah dalam mangkuk besar di atas meja sangat tidak
disarankan. Lemari es merupakan tempat yang sangat ideal untuk menyimpan
makanan, namun ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan. Kulkas sebaiknya
dipasang pada suhu 40c atau kurang. Suhu ini cukup membantu memperlambat proses
enzimatik dan pertumbuhan bakteri, tetapi tidak terlalu dingin untuk memengaruhi kualitas makanan dengan adanya
kristal es yang terbentuk
(Anonim, 2012).
Dalam
menyimpan makanan yang perlu diperhatikan adalah waktu dan juga suhunya. Waktu
yang dimaksud adalah berapa lama makanan atau bahan makanan tersebut akan
disimpan karena semakin lama, resiko kerusakan akan semakin besar. Adapun suhu,
seperti diketahui semakin rendah suhunya maka akan semakin lama bakteri-bakteri
lumpuh sehingga umur simpan makanan menjadi lebih panjang. Supaya bahan makanan
tahan lama, perlu disimpan di tempat dingin. Ada beberapa macam cara
penyimpanan, yaitu: penyimpanan sejuk atau cooling (10⁰C-15⁰C) untuk jenis
minuman, buah dan sayuran; penyimpanan dingin atau chilling (sekitar 4⁰C) makanan akan
tahan 3-4 hari; penyimpanan beku atau frozen (sekitar -18⁰C) beberapa
jenis bakteri akan mati (Yuniar, 2011).
Sayuran
dan buah sangat peka terhadap kerusakan akibat pembekuan. Pembekuan dan
pencairan kembali (thawing) yang berulang kali akan sangat menurunkan kalitas
bahan yang disimpan.Semua bahan yang disimpan dalam keadaan dingin atau beku
perlu dilakukan pengemasan untuk menghindari rehidrasi. Freeze burn merupakan
perubahan warna, tekstur, dan citarasa serta nilai yang bersifat iireversible
pada bahan yang dibekukan (Anonim,2012).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2012. Buku Petunjuk Praktikum Satop II. Institut Pertanian Stiper, Yogyakarta.
Yuniar
dan Effendy,Sahrul.2011.”Teknik Pengolahan Pangan”.Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya.
M.Amin,Jaksen.2009.”Rekayasa
Bioproses”.Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar